Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2024

Cerpen: Jam Kosong

  Jam Kosong             “Kau tidak sekolah lagi, Gar?”             “Enggak, ah . Hari ini ada pelajaran Bu Susi, kan? Aku malas sekali harus berhadapan dengan beliau. Mau benar atau salah tetap saja disalahkan. Mending sekalian aku tak usah ada di kelas,” jawab Tegar sambil menghabiskan beberapa ayam.             Ayam itu ia ambil saat sarapan. Ketika orang-orang masih mendirikan salat Subuh, ia mengendap-endap ke dapur dan mengambil lima ayam goreng tepung. Nasi pun ia tambahkan ke atas piring dengan jumlah yang melimpah. Tak hanya itu, sebuah toples berukuran sedang ia siapkan untuk mengambil kerupuk udang. Orang-orang tak ada yang tahu tingkahnya ini, atau sebenarnya ada beberapa yang tahu. Karena pun ada beberapa juga yang melakukan hal sama. Jadi jika salah satu dari oknum melaporkan, Tegar akan melaporkan b...

Secret 13: Pertandingan Voli

  Dug!             Renai terjatuh oleh kakinya sendiri. Ia hendak mengambil bola voli yang mengarah kepadanya, tapi tali sepatu yang terlepas dan lupa diikat membuatnya harus menahan sakit. Teman-teman sepantarannya menertawakan Renai. Sepertinya dibanding sakit, Renai lebih merasa malu.             “Tuh, kan, sudah kubilang. Tali sepatumu itu diikat dulu!” seru tetangganya.             Renai terdiam, masih dengan posisi yang sama. Ia lama sekali merespon kejadian itu. Satu kakinya tertekuk, wajah menelungkup di atas lapangan pertandingan.             “Renai, masih main tidak? Kalau tidak aku mau masuk!” tanya teman perempuannya. Rambutnya dikepang satu, manis sekali.             Renai mencoba untuk ...

Secret 12: Pembohong Ulung

  Tangisan yang selalu bisa Renai kontrol akhir-akhir ini, kembali turun deras. Ketakutannya akan masa depan yang suram ternyata benar-benar menjadi kenyataan. Ia tak keluar dari kamarnya sejak membuka laman SNBP. Ia hanya menemani diri dengan tangis yang tak berbunyi sama sekali. Tak ada yang tahu bahwa Renai begitu sakit hati ditolak kampus impiannya. Renai sudah bercita-cita sejak SMP untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ia tak pernah mendapat nilai di bawah KKM selama tiga tahun belajar di sekolah. Nilai rata-rata rapot tiap semester selalu meningkat, bahkan rata-ratanya menjadi nomor empat yang tertinggi di sekolahnya. Renai juga ikut organisasi. Ia menjabat sebagai Ketua Divisi Pengawasan di MPK sekolahnya. Semua pekerjaan organisasi dilakukan dengan tepat dan cepat. Semuanya seimbang dengan nilai-nilai di kelas. Jangan lupakan pula dua sertifikat yang Renai lampirkan saat mendaftar SNBP. Walau hanya menjadi peserta tingkat nasional dua kali, harusnya...