Langsung ke konten utama

Latihan Dasar Kepemimpinan 2022 (Pt1)

 

            Hailoooo, ketemu lagi dengan Kucing Hitam di blog yang luar biasa ini!

Sudah lama sekali sepertinya aku enggak menulis pengalaman atau kisah hidupku. Terakhir kali blog ini berisi cerpen-cerpen gabut, itu pun dipublikasikan bulan Juni. Terakhir kali nulis pengalaman juga terkait Covid-19, sedangkan sekarang orang-orang sudah lepas masker semua.

Selama tiga tahun aku tinggal berasrama untuk mendukung pendidikan MA-ku, tentu banyak cerita yang menarik. Rasanya tinggal di asrama itu bercampur aduk. Terlebih aku juga aktif di organisasi siswa yang menambah kesempatan cerita semasa remaja. Tapi di antara semua cerita itu, aku ingin kalian tahu satu yang paling menyenangkan.

***

24 Oktober 2022, adalah rapat kesekian kalinya panitia Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) OSIM dan MPK 2022. Aku sebagai demisioner ketua OSIM mengambil tanggung jawab sebagai ketua panitia, mengkoordinir teman-teman lainnya. Kepanitiaan yang telah dibentuk sejak awal bulan Oktober merupakan gabungan pengurus-pengurus kelas dua belas OSIM dan MPK di sekolahku. Dengan sebutan ‘minions’ kami beberapa kali berkumpul dan merencanakan kegiatan LDK ini. Berharap kegiatan dapat berjalan dengan sukses.

Sore itu dengan perut-perut yang lapar akibat puasa sunnah, aku memberikan informasi terbaru serta beberapa pengarahan. Wajah minions terlihat sudah lelah sehabis mengikuti pembelajaran hingga pukul empat sore. Bukan hanya faktor itu, kami juga sebenarnya sudah terlanjur malas akibat digantung pihak sekolah serta sibuk mempersiapkan sidang KTI. Sebenarnya juga aku tak ingin mengumpulkan mereka dalam kondisi yang tidak baik seperti ini. Tapi mau tidak mau harus dikerjakan. Dalam organisasi tidak selamanya kita menggunakan sistem kekeluargaan dan saling pengertian. Diperlukan juga profesionalitas, bekerja walau dalam kondisi yang tidak memungkinkan.

“Baiklah, saya ulangi lagi. Beberapa poin dari pertemuan sore ini, yang pertama kita akan berangkat tanggal 31. Bagi yang sudah sidang, bisa berangkat pagi harinya. Bersama peserta LDK. Bagi yang belum sidang, kalian akan menyusul siang hari bersama mobil jemputan.

Yang kedua, hari Minggu akan ada survei lagi. Terakhir tolong sarpras yang belum lengkap dilengkapi hari Sabtu nanti. Kalau memang tidak memungkinkan selesai, kita selesaikan hari Minggu. Apakah semuanya mengerti?” tanyaku yang sudah malas untuk bercanda.

Berusaha tetap tenang walau hati dan pikiran sudah mengucapkan runtuk kesal. Terasa kacau pertemuan kali ini. Awalnya aku berniat membawa rapat yang mengasikkan. Tapi karena beberapa hal terjadi selama rapat, mood-ku berubah.

“Tolong, ya diperhatikan betul tugas masing-masing. Kalau ada yang tidak jelas, ditanyakan dan disampaikan. Jangan kayak tadi!"

Anggota kepanitiaan mengangguk dan menjawab pelan. Agaknya mereka paham aku sedang butuh keseriusan. Setelah beberapa kalimat lagi, aku menutup pertemuan dan membubarkannya.

***

Foto persiapan perjalanan

“Berarti Rijal sendiri yang naik motor Gajah?” tanyaku kepada Fatur.

“Santai, dia enggak bakalan diculik.”

            Perjalanan dua bus yang mengangkut peserta LDK serta beberapa panitia telah berlalu. Kini hanya tersisa aku, Livia, Fatur, dan Rijal. Kami bertiga ikut mobil APV yang legend, milik sekolah kami. Mengangkut barang-barang sarpas seperti speaker, terpal, dan lain sebagainya. Sedangkan Rijal duduk sendirian di bagian belakang motor Gajah, berdesakkan dengan kursi serta beberapa tas panitia yang dititipkan.

            Mobil APV dan motor Gajah membawa kami serta barang-barang bergerak munuju lokasi LDK. Aku, Livia, Rijal, dan Fatur tidak perlu berjalan jauh layaknya peserta serta beberapa panitia yang ikut dengan bus sebelumnya. Bukan tanpa sebab, kami yang lebih dulu tiba di lokasi harus merapikan serta mempersiapkan sarpras untuk acara pembukaan. Sebenarnya pula hanya aku, Livia, dan Rijal yang kupilih untuk berada di lokasi lebih awal. Namun, Pembina kami meminta Fatur juga untuk ikut.

    Setibanya di lokasi, kami segera menurunkan barang-barang. Meletakkannya di sebuah rumah berwarna jingga yang sudah disewa sekolah untuk dijadikan tempat beristirahat. Barang-barang besar tetap berada di teras. Barang-barang kecil dan beberapa kotak yang penting kami masukkan ke dalam rumah. Tas-tas panitia yang dititipkan juga tersusun rapi, berdampingan dengan tumpukan barang lain.

            “Wah, ini ya, tempat tidur kita?” tanya Livia kepadaku sembari membuka dua ruangan yang tertutup.

            “Enak sekali! Ada dua kasur besar, tempat cuci piring, dan kamar mandinya juga ada di dalam! Kalau begini pasti betah,” ucapku kagum, tidak menjawab pertanyaan Livia.

            Kami lanjut membereskan barang-barang. Tak beberapa lama setelah itu mulailah panitia yang lain berdatangan. Ikut membantu membereskan tas-tas peserta dan mengangkut meja serta kursi ke tempat pembukaan.

Sekitar tiga puluh menit kami perlu menunggu, hingga semuanya lengkap berada di lokasi. LDK akan segera dimulai, wajah berseri-seri dari peserta dan panitia mulai terlihat. Gerimis yang awalnya menyiram lembut ke bumi, perlahan-lahan berganti menjadi sinar matahari.

***

            “Selamat datang di Pelawan Kingdom, para tamu kerajaan. Sebelum kalian menjalankan beberapa tugas di sini, izinkan saya Livia untuk membacakan peran-peran dari setiap petinggi istana. Diharapkan setelah ini peserta atau tamu kerajaan mengingat serta menggunakan nama-nama yang telah kami tetapkan di Pelawan Kingdom.

            Yang pertama ada cendekiawan, bertugas mengatur segala kegiatan tamu kerajaan. Para cendekiawan di kerajaan ini adalah, saya, Labib, Detria, Karin, dan Andika. Jika ada sesuatu pertanyaan terkait jadwal kegiatan silahkan bertanya kepada para cendekiawan.

            Yang kedua ada juru masak, bertugas untuk mengatur makan tamu kerajaan. Para juru masak di kerajaan ini adalah, Najla, Salsa, Rizkia, Sakhi, Ihza, dan Naufal Hafiz. Jika ada suatu hal yang berkaitan dengan konsumsi atau jadwal makan silahkan bertanya kepada juru masak.

            Yang ketiga ada tabib istana, bertugas untuk mengobati tamu kerajaan yang sakit atau cedera selama berada di kerajaan. Para tabib istana adalah, Rizky, Fatur, Raihan, Davina, dan Anis. Jika tamu kerajaan merasa tidak enak badan, terluka, atau mengalami gangguan fisik lainnya silahkan menemui tabib istana. Tapi perlu diingat, tabib hanya melayani tamu yang benar-benar sakit. Bukan tamu yang pura-pura sakit.

            Yang keempat ada panglima perang, bertugas untuk menjaga keamanan serta kedisiplinan tamu kerajaan. Para panglima di kerajaan ini adalah, Syafiq, Rifzan, Garda, Alya, Nawal, dan Zahro. Jika tamu kerajaan hendak izin ke suatu tempat selama kegiatan, silahkan melapor kepada panglima perang dengan format yang telah disebutkan sebelumnya. Jika terdapat pelanggaran dari tamu kerajaan, panglima juga berhak memberikan hukuman yang setimpal.

            Yang kelima ada mata-mata atau pengintai, bertugas untuk mengintai segala kegiatan tamu kerajaan. Para pengintai di kerajaan ini ada, Adilah, Namuth, dan Zetto. Perlu diingat agar tamu kerajaan tidak memperlihatkan perilaku yang tidak baik selama kegiatan.

            Yang terakhir ada pengurus istana, bertugas untuk menyediakan sarana dan prasarana selama di istana. Pengurus istana ada dua, yaitu Rijal dan Bos. Segala sarana yang dibutuhkan tamu silahkan menemui pengurus istana.

            Selain petinggi-petinggi istana, tamu kerajaan juga perlu mengetahui nama-nama lokasi di Pelawan Kingdom. Lapangan tempat kalian berpijak bernama medan perang. Aula di depan kalian bernama balai kerajaan. Tempat kalian tidur atau tenda-tenda bernama bilik kerajaan dan terakhir posko panitia yaitu rumah jingga dan kuning bernama istana.”

            Dengan sinar matahari yang berangsur pulih selepas hujan kecil, Livia menjelaskan lantang beberapa hal penting kepada peserta LDK. Ditemani pula dengan Syafiq sebagai koordinator keamanan yang menjelaskan peraturan serta tata tertib peserta. Aku duduk di pondok dekat dengan lapangan. Menunggu panggilan dari Livia untuk menyerahkan benda pusaka kerajaan, alias sebuah tisu yang harus dijaga oleh peserta LDK.

            Kami, para minions sudah merencanakan berbagai kegiatan menyenangkan selama LDK ini. Mulai dari pengenalan, pemberian barang jaga amanah, dan perang air untuk hari pertama. Hari-hari selanjutnya? Tentu saja lebih menyenangkan lagi.

            Tidak ada yang menarik saat siang hari. Kegiatan dilanjutkan dengan pembukaan lantas seminar dari Ustad Guntur. Pada awalnya aku ingin mengajak minions kumpul dan membahas ini itu. Terlebih ada rombongan panitia yang baru datang sehabis sidang KTI. Tapi kami diwajibkan juga untuk mendengar seminar dari Ustad Guntur. Tak masalah, materinya juga berbobot, sehingga aku cukup menikmatinya.

            Selepas materi dan salat asar, kami melanjutkannya dengan permainan cahaya kehidupan. Yaitu sebuah permainan menjaga cahaya lilin dari serbuan air yang dilemparkan. Para peserta LDK secara berkelompok membuat tameng dan menjaga lilinnya untuk melewati lintasan panjang. Sedangkan minions masing-masing memegang dua plastik berisi air untuk dilemparkan pada setiap kelompok yang bermain.

           Siapa pemenangnya? Ah, tentu saja dari enam kelompok itu tidak ada yang menang. Kami minions melemparkan plastik dengan bersemangat. Jadi semua kelompok kerajaan hanya mendapat baju yang basah dan keseruan di sore hari. Selepas permainan cahaya kehidupan, kami melaksanakan ISOMA (Istirahat, Salat, Makan), kudeta, dan seminar singkat yang diisi oleh Pembina OSIM, BPH OSIM, dan ketua MPK.

            Kudeta adalah kegiatan debat, di mana pengurus baru harus memenangkan perdebatan atas pengurus lama. Walau pada prakteknya kudeta ini tidak ada yang menang dan yang kalah. Kegiatan kudeta dilakukan terpisah antara OSIM dan MPK dengan mosi yang berbeda. OSIM dengan mosi utama terkait Ibukota Nusantara, sedangkan MPK dengan mosi utama terkait kericuhan Kanjuruhan. 

            Ada yang menarik saat kegiatan seminar singkat pada pukul 20.00. Seminar itu membahas tentang pembuatan program kerja. Untuk program kerja menurutku, harus dibuat atas kesenangan atau keresahan. Inovasi dan kreatifitas akan hadir dari dua hal itu. Apakah kita ingin memberikan kebudayaan baru yang kita inginkan atau ingin memperbaiki budaya lama yang memang baik dalam kehidupan. Aku juga mengatakan kepada para peserta untuk berpikir ‘gila’ saat membuat program kerja. Bukan ‘gila’ dalam artian sebenarnya, melainkan berpikirlah bahwa program kerja yang dibuat memang yang terbaik, terbesar, dan paling unik sepanjang sejarah. Akan tetapi kegilaan itu juga haruslah disertai rencana yang matang. Jangan pernah membuat kegilaan tanpa rencana untuk benar-benar mewujudkannya.

            Ah, maksud aku hal menarik sebenarnya hanyalah mati listrik saat Ustad Wahyu hendak menampilkan sulap. Dengan menggunakan gelas air dan dua korek api gas, Ustad memeragakan ketika menunggu listrik hidup kembali. Satu korek api diletakkan ke dalam gelas air, lantas ditambahkan air perlahan-lahan. Korek api pertama tidak tenggelam, melainkan naik ke permukaan. Namun, ketika korek api tersebut dinyalakan, ia tak lagi bisa digunakan semestinya. Peserta LDK termasuk aku dan teman-teman yang ikut seminar merasa bingung. Lantas dengan bergaya, Ustad menyalakan satu korek api gas yang kedua. Berdekatan satu sama lain.

Ctak!

Api berkobar pada kedua korek api gas. Kami spontan berdecak kagum dan memberikan aplaus. Sebuah pertunjukkan yang sederhana tapi menarik pula untuk diambil kesimpulannya. Pertunjukkan itu mengajarkan bahwa sehebat apa pun kita, jika berada di medan kehidupan yang keras dan sulit kita selalu membutuhkan support system. Bahkan bila kita telah berhasil melewatinya, tetap diperlukan orang-orang terdekat yang memberikan semangat. Entah itu keluarga, teman, atau pengurus organisasi.

Kegiatan hari ini, sampai pada seminar saja. Masih ada dua hari lainnya. Akan aku ceritakan secepatnya…

           

 







Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi : Novel Nebula Karya Tere Liye

Novel “NEBULA” Karya Tere Liye :  Rahasia Pengintai Terbaik dan Kembalinya Musuh Lama Oleh : Lubna Anfaresi Judul                : NEBULA Penulis             : Tere Liye Penerbit             : Gramedia Pustaka Utama Kota Terbit       : Jakarta Cetakan II        : April 2020 Ketebalan         : 376 halaman Pendahuluan             Serial Bumi merupakan salah satu serial yang dikeluarkan oleh penulis Tere Liye dan berhasil menarik minat pembaca di tanah air. Serial fantasi ini sudah memiliki sembilan seri dengan seri terbaru berjudul “NEBULA”. Sama seperti seri sebelumnya yang berjudul “SELENA”, seri ke-9 ini menceritakan kisah dari sudut pandang Selena sebaga...

Masak, Makan, Lempah Kuning

  Masak, Makan, Lempah Kuning “Wew, banyak kenek ge. Basing ka lah pon!” [1]             Ucapan dari Ami, gadis Bangka yang sudah kutemui sejak lima hari bertugas di daerah ini, terus terngiang di antara malam-malam sepi di kamar berukuran lima kali tujuh meter. Suaranya begitu tinggi, mencekam, dan rasanya penuh kebencian. Raut wajahnya yang mengerut itu terus terbayang, juga ucapan dengan bahasa yang aku tidak mengerti sama sekali. Jauh dari mal perbelanjaan, kafe yang selalu ramai, atau sekadar lalu lintas kota Yogya, aku terjebak sampai sembilan hari kedepan untuk mengerjakan tugas kuliahku di sini. Aku tidur menumpang kepada salah satu warga kenalan kawan kuliahku, yang juga berasal dari Bangka. Katanya itu adalah rumah seperadik [2] -nya. Pintu kamar yang menjadi tempat tidurku sementara tiba-tiba diketuk dari luar. Aku menghela napas, mencoba meraih gagang pintu dan membiarkan sinar lampu di ruang tengah masuk ke d...

Nugget

Pernah berpikir untuk masak nugget goreng yang dicocol dengan cuko ? Itu yang Bene lakukan. Aneh, iya. Tapi Bene tidak akan peduli dengan komentar orang, karena toh dia sekarang ada di kontrakannya. Sendirian. Setelah berkutat dengan kertas-kertas laporan praktikumnya selama satu semester, Bene bisa beristirahat sejenak. Gadis itu tidak pergi ke luar kontrakannya, kecuali untuk membeli makan atau bahan masakan. Keinginannya untuk naik gunung setiap liburan juga harus kandas. Alasanya sederhana, karena ia tidak punya teman untuk naik ke atas sana. Jika kalian semua mendorong gadis itu untuk pergi sendiri,             “Terima kasih.” Dua kata itu akan keluar dari bibirnya yang sedikit kering. Saran dari kawan-kawan dekatnya, biarkan saja Bene asyik dengan dunianya. Ia bisa saja pergi ke Bandung sekarang juga, atau ke Jakarta. Tapi buat apa? Ia tidak mau menghabiskan lebih banyak uang beasiswa yang baru cair satu pekan lalu...