Langsung ke konten utama

Bakar 3: Pulang

 

Maaf telat mengunggah konten Bakar bulan November.

Di akhir bulan aku pulang ke kampung halaman untuk mengikuti lomba karya tulis. Tapi aku tak mau membahas itu, karena memang tidak seru. Aku ingin membagikan kesanku ketika kembali ke kampung halaman setelah kurang lebih tiga bulan merantau dan mencari ilmu.

Bakar 3: Pulang

            Aku mulai dengan perjalananku sendiri naik angkot, damri, dan pesawat. Sedikit saja yang ingin kuceritakan bahwa perjalanan itu menyenangkan. Aku mencoba hal baru, melakukan kesalahan, tapi tak mau membuat diriku terlalu terbebani dengan kesalahan tersebut. Namanya juga perjalanan, jika tersesat coba tanya ke orang, cari jalan lain, atau nikmati jalan tersesat itu sampai kamu menemukan jalan baru.

            Berada di kampung halaman, hanya lima hari saja membuka pikiranku tentang tempat perantauan yang sekarang. Aku mengira selama ini apa yang kujalani adalah hal monoton (walau sebenarnya iya juga), namun setelah keluar dari lingkungan kampus aku merasa ada perubahan kecil dalam diriku. Aku kembali berpikir bahwa apa yang telah diberikan Allah kepadaku adalah sebuah kesempatan terbaik untuk mengembangkan diri. Aku lupa dengan mimpi-mimpiku, juga lupa dengan semua usaha yang pernah aku lakukan selama SMA. Aku terlalu malu melakukan banyak hal. Oleh karenanya beberapa bulan terakhir aku merasa tidak melakukan apa pun.

            Aku juga bertemu dengan teman SMA-ku, serta beberapa adik kelasku. Cukup menyenangkan bercerita dengan mereka. Tapi aku segera yakin bahwa sebenarnya apa yang kami bicarakan menjadikanku produk yang lebih baik sedikit. Kenapa sedikit? Karena pengalamanku tidak sebanyak itu untuk diceritakan. Sedangkan pengalaman mereka begitu menarik. Aku juga jadi sadar aku terlalu banyak mengingat masa lalu, tanpa berorientasi pada masa depan. Anies Baswedan pernah mengatakan bahwa seorang pemuda adalah mereka yang membicarakan masa depan bukan masa lalu. Oleh karenanya kurasa aku harus kembali memikirkan perubahan dan pergerakan baru.

            Balik ke perantauan aku membawa tiga buku. Satu novel fiksi, satu novel fiksi sejarah, dan satu buku self improvement. Ada hal-hal penting yang harus aku rumuskan lagi untuk membangun masa depanku. Ada nyawa-nyawa yang tertinggal dan tertimbun lama, sehingga dengan membaca buku-buku aku merasa akan kembali hidup. Sebenarnya di sini ada juga perpustakaan dengan banyak buku. Tapi entahlah.

            Mungkin cukup sekian kabarku di November. Sisanya hanya mengerjakan tugas dan kurang piawainya diri dalam mengatur waktu.

            Bagaimana kabarmu? Apakah kamu akan pulang liburan semester ini? Bagikan kabarmu lewat kolom komentar!

            Sampai jumpa di edisi Bakar 4!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi : Novel Nebula Karya Tere Liye

Novel “NEBULA” Karya Tere Liye :  Rahasia Pengintai Terbaik dan Kembalinya Musuh Lama Oleh : Lubna Anfaresi Judul                : NEBULA Penulis             : Tere Liye Penerbit             : Gramedia Pustaka Utama Kota Terbit       : Jakarta Cetakan II        : April 2020 Ketebalan         : 376 halaman Pendahuluan             Serial Bumi merupakan salah satu serial yang dikeluarkan oleh penulis Tere Liye dan berhasil menarik minat pembaca di tanah air. Serial fantasi ini sudah memiliki sembilan seri dengan seri terbaru berjudul “NEBULA”. Sama seperti seri sebelumnya yang berjudul “SELENA”, seri ke-9 ini menceritakan kisah dari sudut pandang Selena sebaga...

Masak, Makan, Lempah Kuning

  Masak, Makan, Lempah Kuning “Wew, banyak kenek ge. Basing ka lah pon!” [1]             Ucapan dari Ami, gadis Bangka yang sudah kutemui sejak lima hari bertugas di daerah ini, terus terngiang di antara malam-malam sepi di kamar berukuran lima kali tujuh meter. Suaranya begitu tinggi, mencekam, dan rasanya penuh kebencian. Raut wajahnya yang mengerut itu terus terbayang, juga ucapan dengan bahasa yang aku tidak mengerti sama sekali. Jauh dari mal perbelanjaan, kafe yang selalu ramai, atau sekadar lalu lintas kota Yogya, aku terjebak sampai sembilan hari kedepan untuk mengerjakan tugas kuliahku di sini. Aku tidur menumpang kepada salah satu warga kenalan kawan kuliahku, yang juga berasal dari Bangka. Katanya itu adalah rumah seperadik [2] -nya. Pintu kamar yang menjadi tempat tidurku sementara tiba-tiba diketuk dari luar. Aku menghela napas, mencoba meraih gagang pintu dan membiarkan sinar lampu di ruang tengah masuk ke d...

Nugget

Pernah berpikir untuk masak nugget goreng yang dicocol dengan cuko ? Itu yang Bene lakukan. Aneh, iya. Tapi Bene tidak akan peduli dengan komentar orang, karena toh dia sekarang ada di kontrakannya. Sendirian. Setelah berkutat dengan kertas-kertas laporan praktikumnya selama satu semester, Bene bisa beristirahat sejenak. Gadis itu tidak pergi ke luar kontrakannya, kecuali untuk membeli makan atau bahan masakan. Keinginannya untuk naik gunung setiap liburan juga harus kandas. Alasanya sederhana, karena ia tidak punya teman untuk naik ke atas sana. Jika kalian semua mendorong gadis itu untuk pergi sendiri,             “Terima kasih.” Dua kata itu akan keluar dari bibirnya yang sedikit kering. Saran dari kawan-kawan dekatnya, biarkan saja Bene asyik dengan dunianya. Ia bisa saja pergi ke Bandung sekarang juga, atau ke Jakarta. Tapi buat apa? Ia tidak mau menghabiskan lebih banyak uang beasiswa yang baru cair satu pekan lalu...