Langsung ke konten utama

Bakar 4: Makna Perjalanan

 

Sedang memikirkan kalian bagusnya dipanggil apa, ya? Supaya enak pembukaan Bakar, hahaha. Oh, ya, sebenarnya Bakar edisi 4 terbit bulan Desember. Tapi aku telat unggah lagi. Lebih tepatnya telat nulis Bakar. Semoga kalian menunggu dengan sabar dan enggak berhenti baca segmen Bakar.

Bakar 4: Makna Perjalanan

            Penghujung tahun seperti biasanya aku melakukan refleksi diri. Ah, sebenarnya kebiasaan ini baru terjadi tahun 2022-2023 kemarin dan aku merasa bahwa hal tersebut berdampak baik bagi pencapaianku. Berbicara soal refleksi diri aku harus mengingat-ingat lagi apa yang sudah aku lakukan belakangan. Ajaibnya tahun 2023 yang sebenarnya biasa saja, setelah dipikir-pikir seru juga.

            Tahun 2023 adalah perjalanan bagiku. Baik itu perjalanan dari seorang siswa SMA menjadi mahasiswa, maupun perjalanan secara harfiah. Kali ini aku akan ceritakan makna perjalanan yang sebenarnya, bukan perubahanku dari siswa menjadi mahasiswa. Karena bagiku sendiri perubahan itu belum terlalu nampak.

Baik, lanjut ke topik pembicaraan. Awal-awal perjalanan aku menginap di rumah teman, bersama teman, atau bersama keluargaku. Namun, semakin ke belakang aku lebih sering menikmati perjalanan sendirian. Apakah berjalan sendiri baik? Apakah penting berjalan bersama teman? Tentu semuanya punya kelebihan dan kekurangannya. Aku akan beri pengalaman atau perasaan yang terjadi padaku saat melakukan perjalanan sendiri.

1.      Lebih enak mengatur waktu. Ketika kita berjalan tanpa orang lain, kita bisa menentukan mau pergi kemana dan kapan. Kita juga bisa mengubah haluan tiba-tiba jika, bisa istirahat, bahkan bisa memutuskan untuk pulang. Perjalanan yang terjadi benar-benar untuk memahami sebenarnya apa yang kita senangi dan tidak. Perjalanan sendiri juga mengajarkan agar kita paham batas-batas dari diri kita.

2.      Menikmati pemandangan sosial atau alam. Biasanya jika bersama teman kita akan bercerita bersama. Menurutku dengan melakukan perjalanan sendiri, aku bisa melihat lebih detail apa saja yang terjadi di jalan-jalan yang kulewati. Bahkan dengan pemandangan-pemandangan tersebut aku jadi bisa berpikir atau mungkin bersyukur.

3.      Mengandalkan diri sendiri. Tentu saja dengan melakukan perjalanan sendirian kita jadi bisa mengatur kemandirian yang sudah ada di dalam tubuh dan pikiran. Aku merasa dengan perjalanan tanpa orang di sisiku, aku lebih waspada, lebih cekatan, dan berusaha membuat keputusan tepat dengan cepat. Ketika kita berhasil mengandalkan diri sendiri dalam suatu perjalanan, kita juga akan merasa bahagia.

4.      Merasa sepi. Tak bisa dipungkiri, sendiri akrab dengan sepi. Aku merasa perjalanan tanpa teman bicara kadang membosankan. Aku hanya mengandalkan diri sendiri untuk bicara. Namun dengan adanya rasa sepi aku jadi lebih dekat dengan diri. Rasa sepi juga membuatku sadar bahwa sebenarnya di dunia ini semua yang ada hanyalah titipan. Sesungguhnya kita memang sendiri, memang tak punya apa-apa. Kesepian mungkin juga membawa perjalanan hidup kedepannya penuh dengan rasa ‘protektif’ terhadap hal yang memang menjadi milik kita. Karena kita tahu rasanya sepi dan tak mau jika orang-orang di sekeliling kita hilang (Agak susah menjelaskannya, semoga paham).

Suatu saat temanku bertanya makna perjalanan itu apa. Sugguh sebenarnya aku pun tak begitu tahu. Hal-hal seperti itu sangat filosofis, dan aku merasa saat itu sedang tidak filosofis. Aku akan memberitahu jawabanku di sini:

           Prinsip dari sebuah perjalanan adalah Bismillah, InshaaAllah, Alhamdulillah. Artinya mulai dengan tujuan baik, jalani dengan percaya diri, dan selesaikan dengan puas (syukur).

            Yah, mungkin itu saja Bakar edisi kali ini. Mungkin tidak lebih terstruktur dari biasanya, tapi yaudah. Isi kolom komentar kalau kalian mau kasih saran topik Bakar 5. Kalian juga bisa kasih pandangan tentang ‘Makna Perjalanan’ bagi diri kalian sendiri.

            Sampai jumpa di Bakar edisi 5!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi : Novel Nebula Karya Tere Liye

Novel “NEBULA” Karya Tere Liye :  Rahasia Pengintai Terbaik dan Kembalinya Musuh Lama Oleh : Lubna Anfaresi Judul                : NEBULA Penulis             : Tere Liye Penerbit             : Gramedia Pustaka Utama Kota Terbit       : Jakarta Cetakan II        : April 2020 Ketebalan         : 376 halaman Pendahuluan             Serial Bumi merupakan salah satu serial yang dikeluarkan oleh penulis Tere Liye dan berhasil menarik minat pembaca di tanah air. Serial fantasi ini sudah memiliki sembilan seri dengan seri terbaru berjudul “NEBULA”. Sama seperti seri sebelumnya yang berjudul “SELENA”, seri ke-9 ini menceritakan kisah dari sudut pandang Selena sebaga...

Masak, Makan, Lempah Kuning

  Masak, Makan, Lempah Kuning “Wew, banyak kenek ge. Basing ka lah pon!” [1]             Ucapan dari Ami, gadis Bangka yang sudah kutemui sejak lima hari bertugas di daerah ini, terus terngiang di antara malam-malam sepi di kamar berukuran lima kali tujuh meter. Suaranya begitu tinggi, mencekam, dan rasanya penuh kebencian. Raut wajahnya yang mengerut itu terus terbayang, juga ucapan dengan bahasa yang aku tidak mengerti sama sekali. Jauh dari mal perbelanjaan, kafe yang selalu ramai, atau sekadar lalu lintas kota Yogya, aku terjebak sampai sembilan hari kedepan untuk mengerjakan tugas kuliahku di sini. Aku tidur menumpang kepada salah satu warga kenalan kawan kuliahku, yang juga berasal dari Bangka. Katanya itu adalah rumah seperadik [2] -nya. Pintu kamar yang menjadi tempat tidurku sementara tiba-tiba diketuk dari luar. Aku menghela napas, mencoba meraih gagang pintu dan membiarkan sinar lampu di ruang tengah masuk ke d...

Nugget

Pernah berpikir untuk masak nugget goreng yang dicocol dengan cuko ? Itu yang Bene lakukan. Aneh, iya. Tapi Bene tidak akan peduli dengan komentar orang, karena toh dia sekarang ada di kontrakannya. Sendirian. Setelah berkutat dengan kertas-kertas laporan praktikumnya selama satu semester, Bene bisa beristirahat sejenak. Gadis itu tidak pergi ke luar kontrakannya, kecuali untuk membeli makan atau bahan masakan. Keinginannya untuk naik gunung setiap liburan juga harus kandas. Alasanya sederhana, karena ia tidak punya teman untuk naik ke atas sana. Jika kalian semua mendorong gadis itu untuk pergi sendiri,             “Terima kasih.” Dua kata itu akan keluar dari bibirnya yang sedikit kering. Saran dari kawan-kawan dekatnya, biarkan saja Bene asyik dengan dunianya. Ia bisa saja pergi ke Bandung sekarang juga, atau ke Jakarta. Tapi buat apa? Ia tidak mau menghabiskan lebih banyak uang beasiswa yang baru cair satu pekan lalu...