Langsung ke konten utama

Pemimpin itu Kawan

Menjadi pemimpin itu berarti menjadi pelayan, kawan, teladan, dan komandan.

Mari kita bahas satu persatu!

Memimpin harus menjadi kawan agar bisa mengayomi.

Pekerjaan menjadi seorang pemimpin yang melayani banyak anggotanya tentu akan menjadi beban jika tidak memiliki kawan untuk bercerita. Memimpin bukan berarti kita berjalan sendiri di depan dan membuka jalan. Bukan juga kita berada di belakang sendirian untuk memastikan teman-teman tim berada dalam kondisi aman. Namun, menjadi pemimpin adalah mengayomi, membersamai langkah, dan mampu menjadi tempat bercanda atau bercerita para anggotanya.

Jika kalian pernah mendengar lagu Banda Neira yang berjudul 'Sebagai Kawan', liriknya akan terdengar seperti ini:

Jangan berdiri di depanku, 

karna ku bukan pengikut yang baik

Jangan berdiri di belakangku,

karna ku bukan pemimpin yang baik

Berdirilah di sampingku sebagai kawan

Menurut saya arti dari lagu ini bukanlah mengerdilkan peran pemimpin yang biasanya harus mengetahui banyak hal, memiliki strategi dalam penyelesaian masalah, atau siap tempur dalam badai. Makna menjadikan pemimpin sebagai kawan adalah memberikan ruang untuk mereka lebih dekat dengan para anggotanya.

Namun apa pentingnya seorang pemimpin memiliki kedekatan dengan anggotanya (baik secara personal maupun profesional)? 

Selayaknya kawan, tentu seorang pemimpin dapat menggali informasi secara santai kepada anggota timnya. Pemimpin juga dapat mengenal pribadi tiap anggotanya lebih baik. Keterbukaan antara pemimpin dengan anggotanya mempermudah diskusi yang aktif. Sehingga sebuah tim atau organisasi dapat berkembang lebih cepat serta menyelesaikan permasalahan dengan lebih kreatif.

Melalui kedekatan layaknya kawan, anggota tim akan lebih mudah untuk diajak melakukan suatu program atau hal-hal baik (atau buruk) sesuai visi dan misi sang pemimpin. Perasaan menghargai sebagai kawan ditambah posisi pemimpin akan membuat anggota tim dengan sukarela membantu permasalahan yang diampu sang pemimpin. Menjadi kawan bagi seorang pemimpin adalah cara untuk menggerakkan masa dalam jumlah banyak dengan lebih mudah. Pemimpin mampu memengaruhi pola pikir kawan-kawannya, tidak dengan pendekatan diktator melainkan lebih kekeluargaan. 

Walaupun menjadi seorang kawan, harusnya pemimpin juga punya sikap untuk membatasi diri. Karena biasanya ada kawan-kawan pemimpin yang malah memengaruhi kinerjanya. 

Berikut adalah saran yang dapat dipertimbangkan untuk membangun iklim 'kawan' dalam sebuah tim:

1) Miliki kontrol diri dan ideologi,

Jika saat menjadi pelayan pemimpin harus memiliki misi, kini sebagai kawan pemimpin harus mampu mengontrol diri. Seorang pemimpin yang tidak punya kontrol diri akan mudah terbawa pada pergaulan anggota timnya. Kontrol diri ini juga penting agar sang pemimpin tidak terlalu bercampur dengan anggota tim yang menghilangkan batas-batas profesionalitas. Dalam meningkatkan kontrol diri, diperlukan ideologi. Orang yang berpegang teguh pada ideologi akan terus berpacu pada jalur yang sama. Ideologi akan menjadi pembatas bagi lingkungan untuk mengubah pribadi seorang pemimpin. 

2) Tahu waktu, tahu posisi, tahu diri

Tidak masalah jika kita memiliki kedekatan personal dengan anggota tim. Hal yang penting diingat adalah mampu menempatkan diri di waktu atau kondisi tertentu. Lebih mudahnya, beranilah untuk membuat batas 'personal-profesional'. Jangan sampai kedekatan sebagai kawan menjadikan seorang pemimpin tak mampu bertindak tegas (profesional). 

Pemimpin wajib mengetahui di mana dan kapan ia berdiri. Seorang pemimpin yang tidak mampu memosisikan dirinya akan menjadi kebingungan. Kebingungan tersebut tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, namun juga kepada orang-orang yang dipimpinnya. 

3) Bangun sifat hangat 

Tidak jarang pemimpin merasa bahwa mereka punya tanggung jawab yang begitu besar sehingga lupa untuk bersifat hangat. Pemimpin yang punya visi dan misi jelas, berfokus pada cara mereka mensukseskan misi tersebut. Oleh karenanya, mereka tidak sempat untuk menanyakan kabar atau sekadar menyapa anggota timnya.

Bangunlah sifat hangat dengan anggota tim. Tidak perlu melakukan hal yang besar atau mahal (seperti membelikan makan atau mengajak jalan-jalan ke Dufan). Pemimpin dapat melaukan hal-hal sederhana seperti menyapa, mengingat nama, atau mendengarkan cerita kecil dari tiap anggotanya. 

Biarkan anggota tim mempunyai waktu berdekatan dengan alami. Jangan terlalu memaksakan diri untuk dekat dalam waktu cepat ke semua orang. Karena memaksa untuk dekat malah akan membuat anggota tim risih dan menjauh. Kenalilah tiap sifat anggota tim, berikan kehangatan, dan biarkan semuanya mengalir secara alami (tentu dengan usaha yang telah diberikan sebelumnya).


Tugas seorang pemimpin adalah mengayomi. Menjadi pemimpin seperti kawan penting untuk mengayomi anggota tim. Pemimpin dengan tipikal 'personal' atau 'profesional' sama-sama harus mampu memosisikan diri sebagai kawan. Hal ini agar tugas-tugas pemimpin tidak dirasa begitu berat dan dapat dinikmati dengan menyenangkan. Dengan demikian visi dan misi dari sebuah tim dapat tercapai dengan lebih mudah.

Jadilah pemimpin yang mampu berada di depan untuk menunjukkan jalan, berada di belakang untuk menjaga kawanan, serta berada di tengah untuk membersamai tim!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi : Novel Nebula Karya Tere Liye

Novel “NEBULA” Karya Tere Liye :  Rahasia Pengintai Terbaik dan Kembalinya Musuh Lama Oleh : Lubna Anfaresi Judul                : NEBULA Penulis             : Tere Liye Penerbit             : Gramedia Pustaka Utama Kota Terbit       : Jakarta Cetakan II        : April 2020 Ketebalan         : 376 halaman Pendahuluan             Serial Bumi merupakan salah satu serial yang dikeluarkan oleh penulis Tere Liye dan berhasil menarik minat pembaca di tanah air. Serial fantasi ini sudah memiliki sembilan seri dengan seri terbaru berjudul “NEBULA”. Sama seperti seri sebelumnya yang berjudul “SELENA”, seri ke-9 ini menceritakan kisah dari sudut pandang Selena sebaga...

Masak, Makan, Lempah Kuning

  Masak, Makan, Lempah Kuning “Wew, banyak kenek ge. Basing ka lah pon!” [1]             Ucapan dari Ami, gadis Bangka yang sudah kutemui sejak lima hari bertugas di daerah ini, terus terngiang di antara malam-malam sepi di kamar berukuran lima kali tujuh meter. Suaranya begitu tinggi, mencekam, dan rasanya penuh kebencian. Raut wajahnya yang mengerut itu terus terbayang, juga ucapan dengan bahasa yang aku tidak mengerti sama sekali. Jauh dari mal perbelanjaan, kafe yang selalu ramai, atau sekadar lalu lintas kota Yogya, aku terjebak sampai sembilan hari kedepan untuk mengerjakan tugas kuliahku di sini. Aku tidur menumpang kepada salah satu warga kenalan kawan kuliahku, yang juga berasal dari Bangka. Katanya itu adalah rumah seperadik [2] -nya. Pintu kamar yang menjadi tempat tidurku sementara tiba-tiba diketuk dari luar. Aku menghela napas, mencoba meraih gagang pintu dan membiarkan sinar lampu di ruang tengah masuk ke d...

Nugget

Pernah berpikir untuk masak nugget goreng yang dicocol dengan cuko ? Itu yang Bene lakukan. Aneh, iya. Tapi Bene tidak akan peduli dengan komentar orang, karena toh dia sekarang ada di kontrakannya. Sendirian. Setelah berkutat dengan kertas-kertas laporan praktikumnya selama satu semester, Bene bisa beristirahat sejenak. Gadis itu tidak pergi ke luar kontrakannya, kecuali untuk membeli makan atau bahan masakan. Keinginannya untuk naik gunung setiap liburan juga harus kandas. Alasanya sederhana, karena ia tidak punya teman untuk naik ke atas sana. Jika kalian semua mendorong gadis itu untuk pergi sendiri,             “Terima kasih.” Dua kata itu akan keluar dari bibirnya yang sedikit kering. Saran dari kawan-kawan dekatnya, biarkan saja Bene asyik dengan dunianya. Ia bisa saja pergi ke Bandung sekarang juga, atau ke Jakarta. Tapi buat apa? Ia tidak mau menghabiskan lebih banyak uang beasiswa yang baru cair satu pekan lalu...